Sebuah Puisi: Peringatan untuk Sahabatku

#MenulisPagi #SebuahPuisi #PaskalinaAskalin

Saat pagi menjelang, keinginan menulis datang tanpa bisa dibendung. Jika sudah begini, saya harus menulis. Saya harus tuliskan apa yang ingin ditulis.

“Saat aku ingin menulis, ya aku menulis saja. Kalau tidak ditulis, jadi ganjalan seharian. Rasanya seperti tersedak terus-menerus.” ~ Paskalina Askalin

Ketika keinginan menulis datang, saya tak bisa menolak, harus dituliskan supaya rasa hati menjadi nyaman. Walaupun karena menulis, ada yang ditunda. Tak apalah, yang penting semua pekerjaan lain tetap terkendali.

“Saat INGIN MENULIS, menulis saja, supaya rasamu terlepas, bebanmu terempas.” ~Paskalina Askalin

Pagi ini pun saya ingin menulis. Saya ingin menulis sebuah peringatan, ingatan, nasihat, ah atau apa pun namanya, dalam bentuk SEBUAH PUISI. Bagi saya namanya ini puisi, bagimu itu apa, terserah mau dibilang apa, tulisan apa.

Semoga puisi ini bisa menjadi SELF REMINDER buat siapa saja yang membacanya. Semoga😀

Peringatan untuk Sahabatku
(Ditulis oleh Paskalina Askalin)

Awal tahun yang ngeri
Bulan Januari penuh tragedi
Tragedi alam
Tragedi ulah manusia
Tragedi kelalaian
Tragedi dan tragedi

Sahabatku,
Waspadalah, waspadalah
Bumi ini tidak sedang baik-baik saja
Negeri ini tidak sedang baik-baik saja
Setiap hari selalu ada tragedi
Begitu kata berita yang kulihat di tv streaming
Waspadalah, Sahabatku
Waspadalah

Bumi berguncang
Tanah pun bergerak
Langit mencurahkan airnya
Patut kita syukuri
Tetapi juga harus diwaspadai
Tanah bisa menimbunmu seketika
Air bisa menghanyutkanmu tanpa ampun
Waspadalah, Sahabatku
Waspadalah

Kalender tanggal merah
Senin Selasa Rabu
Ada tiga hari
Hore libur panjang
Bersenang-senanglah menuju liburan
Tapi tetap ingat, Sahabatku
Tiga kata kunci untukmu:
WASPADA, SABAR, MENGALAH
Saat berkendara, selalu waspada
Saat berkemudi, selalu sabar
Saat di jalan raya, selalu mengalah
Manusia sekarang berbeda
Tidak hanya tinggi hati
Tetapi… Manusia sekarang
Tinggi emosi
Tinggi amarah
Hanya sabar dan mengalah
Lawan emosi dan amarah
Perjalanan lancar
Liburan bergembira
Selamat liburan, Sahabatku
Tetap waspadalah

Pantai yang indah
Pegunungan berbukit yang sejuk
Sungguh dambaan tempat liburan
Ingat, bumi tidak sedang baik-baik saja
Tanah bisa bergerak kapan saja
Waspadalah, Sahabatku
Jika bisa, Sahabatku
Jauhi berada di bawah bukit-bukit
Jauhi jalur pegunungan yang mendaki
Apalagi ditambah hujan mengguyur
Selalu waspada, Sahabatku
Tanah longsor, banjir bandang
Jadi berita tiap hari, Sahabatku

Pantai yang indah punya ombak jahat
Pastikan kau aman dari ombak jahat
Amankan dirimu dan keluargamu
Menikmati pantai tidak harus berenang
Nikmati pantai bersama ikan bakar
Mungkin lebih menyenangkan
Nikmati pantai sambil bermain pasir
Bercanda seru dengan anak
Bercerita bersama pasangan
Tetap waspada lingkungan sekitar
Ikuti arahan petugas terkait
Waspadalah, Sahabatku
Waspadalah

Sahabatku,
Begitu banyak peringatanku
Hanya peringatan untuk diingat
Jika mau kau baca
Aku pun tahu
Bencana apa pun bisa terjadi di mana saja
Saat sedang minum kopi di kedai
Saat karoke di kafe
Saat duduk-duduk di teras rumah
Berlibur di LA
Di mana pun, tragedi dan bencana bisa terjadi
Manusia hanya bisa berdoa dan berpasrah pada Sang Pencipta Pemilik Alam Semesta
Manusia hanya bisa bermohon perlindungan pada yang Maha Kuasa
Semoga, Sahabatku semuanya
Selalu dalam lindungan Tuhan
Di mana pun berada.
Amin.

Selalu waspada, Sahabatku
Waspadalah

Depok, 27 Januari 2025, 06.00 am

 

Puisi Karya Anak di Majalah Bobo

Puisi anak adalah puisi yang diperuntukkan untuk anak-anak. Oleh karena itu puisi anak biasanya menggunakan bahasa yang sederhana, pendek, dan kadang berirama. Puisi anak isinya disampaikan sangat jelas, sehingga tidak mengandung makna konotasi atau menggunakan kiasan, dan diksi yang bermakna ganda.

Puisi anak bisa ditulis oleh anak-anak dan bisa juga ditulis oleh orang dewasa.
Kali ini saya ingin menampilkan puisi anak yang ditulis oleh anak. Puisi-puisi anak saya kutip dari majalah Bobo tanpa mengurangi kata atau mengubah ejaannya. Puisi saya kutip apa adanya.

Guru

Guru
Kau adalah pelita dalam hidupku
kau mengajari aku
angka dan kata
hingga aku bisa
menghitung dan membaca
kau mengajari aku
banyak ilmu
hingga aku jadi banyak tahu
walau aku kadang
membuatmu kesal
tetapi kau sabar
mendidik dan membimbing aku
terima kasih, Guru
kaulah pahlawan
tanpa tanda jasa

Lavina Castila (Jakarta)

Baca ebook PUISI BERTEMA GURU DI SINI

Matahari

Kau muncul saat pagi
menyinari Bumi ini
cahayamu terang berseri
menghangatkan hati kami
Hewan-hewan menjemur diri
tumbuhan pun memasak makanannya
kami siap beraktivitas
Semangat bersekolah
semangat bekerja
semangat di pagi hari
karena kehadiran matahari

Nachelle Jshne Syahputra (Jakarta)

Banjir

Hujan deras tanpa henti
Banjir pun terjadi
Selokan penuh tersumbat
Air meluap tak dapat mengalir
Rumah-rumah tergenang air
Orang-orang susah beraktivitas
Pekerjaan jadi tertunda
Banjir membuat sengsara
Karena itu
buanglah sampah pada tempatnya Agar lingkungan tetap bersih
Sehingga tidak dilanda banjir

Sanny Dwi Bandoro (Jakarta)

Sumber: Majalah Bobo, 2 Januari 2020

Kita Indonesia

Sungguh indah alamnya
Sungguh beragam budayanya
Sungguh banyak kekayaannya
Itulah tanah air kita
Walau berbeda tanah asalnya
Walau berbeda penampilannya
Tapi kita tetap Indonesia
Wahai temanku di Indonesia
Tetap rukun selamanya
Tetap damai selamanya
Karena kita Indonesia

Khansa Humaira Difka (Medan)

Ibu

Ibu…
Engkau sudah banyak mengeluarkan tenaga dan usaha
Kau selalu bekerja keras dalam hidupku
Aku tidak tahu apa yang harus kuberi
Hanya puisi indah ini yang bisa kuberi
Aku sangat berterima kasih
Sudah lama engkau merawatku
Pasti sangat letih engkau menjagaku
Sebesar apapun letihmu, engkau tetap menjagaku

Owen Gianozzy Osborn Tarigan (Bogor)

Pelangi

Warna-warnimu
Tanda hujan telah usai selesai
Menghiasi langit yang mendung
Dan membuat kagum semua orang
Tujuh warnamu
Sangat berarti
Membuat langit cantik
Dengan warnamu yang cerah
Kau adalah hal istimewa
Yang dinanti semua orang
Kutulis puisi ini
Karena dirimu yang indah

Amallia Lovyna Maheswari (Magelang Selatan)

Sumber: Majalah Bobo, 7 Februari 2019

#puisianak #puisiuntukanak #puisianakanak #majalahbobo #bobomajalah #puisibobo

Puisi: Bebaskan Hati, Segarkan Jiwa

Bebaskan Hati, Segarkan Jiwa

Rasanya lega
Rasanya ahhh menyenangkan
Itulah rasanya
Bisa menyegarkan jiwa
Bisa menenangkan hati
Bisa bernapas sungguh bernapas

Biarlah dinding berbicara
Biarlah pohon bergunjing
Biarlah air berisik
Segalanya hanya sebatas tahu
Semuanya hanya sebatas kepo

Rasanya menyenangkan
Rasanya melegakan
Mungkin ini cara Tuhan
Supaya tetap hidup
Supaya terap berdiri
Tidak membiarkan terhenti

Hidup akan selalu berjuang
Tanpa perjuangan berarti berakhir
Tanpa terlihat tanpa diketahui
DIA menopang
DIA membantu

Nikmati hidup
Nikmati kesempatan
Nikmati yang ada
Selagi masih ada

 

Paskalina Askalin

Depok, 3 September 2024, 11.22 am

 

Saat menulis puisi ini, di waktu yang sama Bapa Paus tiba di Indonesia dalam perjalanan Apostoliknya.

Selamat datang Bapa Paus, semoga kedatanganmu membawa berkat melimpah untuk umat Katolik di Indonesia, terkhusus untuk keluargaku, semoga segala yang jahat menjauhi keluargaku. Amin

 

Lomba Makan Kerupuk

Lomba makan kerupuk adalah salah satu lomba yang pasti ada dalam acara peringatan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia, atau kita kenal dengan sebutan lomba 17an atau lomba agustusan.

Lomba makan kerupuk dapat diikuti oleh peserta dari semua usia. Pelaksanaan lomba makan kerupuk menyesuaikan panitia lomba. Di kompleks perumahan tempat tinggal saya, lomba makan kerupuk diadakan untuk peserta usia SD atau 7 tahun ke atas. Si Kakak yang berusia 9,5 tahun ikut serta lomba makan kerupuk. Walaupun tidak menang, si Kakak sudah turut memeriahkan HUT RI.

Kakak Kenak ikut lomba makan kerupuk

Lomba makan kerupuk memberi saya inspirasi untuk menulis puisi anak berjudul “Kerupuk”. Kerupuk mungkin menjadi makanan paling banyak dicari beberapa hari terakhir ini. Tepat hari ini, 17 Agustus 2024, kerupuk mungkin juga menjadi makan yang banyak dimakan hari ini.

Berikut ini puisi “Kerupuk” karya Paskalina Askalin.

Kerupuk
Karya Paskalina Askalin

Saat Agustus tiba
Ada satu makanan yang banyak dicari
Makanan ringan
Makanan kesukaan orang Indonesia
Kerupuk namanya

Agustus tiba
Tukang kerupuk berbahagia
Akan banyak pembelinya
Kerupuk akan laku banyak

Lomba makan kerupuk
Salah satu lomba 17 Agustusan
Selalu akan ada di Agustus
Kerupuk jadi primadona
Kerupuk jadi idola
Kerupuk oh kerupuk

 

Baca puisi lainnya, PUISI TEMA 17 AGUSTUSAN

PUISI TEMA INDONESIA

PUISI TEMA KULINER INDONESIA

BACA PUISI TEMA INDONESIA 

KLIK GAMBAR UNTUK BACA PUISI LAINNYA  

Ketika Penulis Berpantun

Ketika Penulis Berpantun

Tiga puluh April telah berlalu
Berlalu bersamaan dengan waktu
Aku di sini duduk termangu
Melihat penulis saling beradu

Tiga puluh April telah sirna
Ayo kawan kembali ke realita
Jangan dipikir dan dilamunkan saja
Jika Tuhan berkehendak, lolos juga

Menulis kulakukan setiap waktu
Di dapur di meja di mana-mana
Tak ingin kulewatkan waktu
Karena menulis itu menyenangkan jiwa

Ide di mana entah ke mana
Kucari-cari tak ketemu juga
Oh ide ide kamu ke mana
Eh rupanya kamu ada di depan mata

Cerita ini hanyalah fiksi
Tapi bukan fiksi sesungguhnya
Setiap hari aku menulis fiksi
Demi memenuhi uang belanja

Kisahku kutulis dalam cerita
Sebagai kenangan kalau aku ada
Jika kamu ingin dianggap ada
Ada baiknya kamu menulis juga

Paskalina Askalin | 02.57 am
2 Mei 2024

#pantun #berpantun #pantunindonesia #menulispantun